Tabo do dekke naniura
Masak so pola dilompa
ai tung tabo do dekke nanniura
dekke ni toba hollbung par topi taoi
Uram – uram na limut ni taoi
Sepenggal lagu diatas dapat menggambarkan kelezatan kuliner dari tanah rura silindung ini ( daerah toba secara keseluruhan) .Lagu diatas menceritakan kuliner nan lezat yang matang tanpa dimasak seperti makanan khas jepang yakni Sashimi .Ikan Mas ( dekke) yang hidup di perairan Danau Toba dan mejadi komoditi unggulan sektor perikanan di daerah toba,yang merupakan bahan utama yang digunakan dalam mengolah kuliner ini.Dipadu dengan bumbu – bumbu khas di tanah batak ( uram – uram) seperti rias( kincung),adaliman bumbu khas yang tidak tumbuh di daerah manapun yang berbentuk seperti merica tetapi rasanya yang membuat lidah bergetar hebat,bawang batak yang tumbuh di tanah toba,kunyit,kemiri(gambiri) dan yang terpenting adalah asam menjadikan ikan ini matang tanpa dimasak,asam ini bentuknya tidak seperti asam nipis yang sering kita jumpai,asam ini berbentuk besar dan bergerigi banyak yang mungkin kadar asamnya lebih tinggi(unte pangir,asam dalam bahasa batak),yang membuat kuliner ini kaya akan rempah – rempah yang bercita rasa tajam dan harum dan menggiurkan,dengan melihat pangan ini yang didominasi warna kuning kita sudah bisa merasakan kelezatannya.
Tampilannya
Tampilannya yang menarik pada kuliner ini terletak pada warna yang kontras yakni warna kuning yang dihasilkan dari kunyit yang diperas.Pada dasarnya kuliner ini sangatlah memiliki rasa yang sangat getir perpaduan dari adaliman, kincung ( rias) dan bawang batak dan yang selalu membuat unik masakan ini adalah kemiri ( gambiri ) sebelum diulek bersama dengan bahan lainnya adalah dibakar dahulu di bara api akan mengeluarkan aroma yang begitu dahsyat.
Naniura yang merupakan makanan khas para warga di pesisir danau toba,dengan cara penghidangan seperti berikut ikan mas sebagai bahan utama di sayat dari kepala sampai ekor,isi perut dari ikan tersbeut dikeluarkan dan dibersikan dari darah – darah yang melekat.Unte Pangir ( asam ) diperas dan di siram ke bagian daging ikan mas tersebut.Setelah itu bumbu – bumbu seperti andaliman,kemiri yang sudah dibakar,bawang batak yang sudah direbus,rias (kincung ) yang sudah direbus,bawang merah dan bawang putih yang dibakar juga di bara api,kunyit serta cabai diulek di “ panutuan “ ( gilingan cabai dalam bahasa batak ) bukun digiling di blender karena nanti bumbu tidak hancur dan tercampur dengan merata.Setelah semua bumbu sudah digiling bumbu dimasukan kedalam ikan yang sudah disiram air asam tadi dan dipijat secara merata dan tinggal menunggu ikannya matang.
Makna Dari Sebuah kuliner
Kita sudah mengetahui bahwa kuliner khas adalah sebuah kebudayaan yang merupakan hasil cipta karya dan karsa para nenek moyang orang batak pada waktu itu.Tuhan telah menciptakan alam ini dengan segala isinya dengan begitu sempurana dan bagaimana kita telah menjaga kelestarian alam ini.Begitu juga dengan Danau Toba,Danau kebangaan tanah Batak,danau kebanggan Sumatera utara dan danau kebanggan Indonesia yang menyimpan begitu banyak potensi alam,budaya dan filosofi yang terkadung didalamnya,Ikan mas, ikan yang tumbuh dan berkembang diperairan danau Toba secara bebas dahulunya tidak ada lagi didapatkan seperti yang dahulu mungkin karena pencemaran danau yang semakin merajalela mungkin masih kental di ingatan kita kegiatan panitia konservasi otoritas danau toba yang mungkin disebakan oleh pabrik pengalengan ikan di pinggiran danau Toba tersebut, karena dari rasa ikan yang hidup di keramba ( ikan dotton) dan ikan yang hidup bebas di danau ( ikan tao) berbeda karena ikan yang hidup bebas di danau memiliki rasa yang lebih gurih dan manis bukan seperti ikan keramba yang terkadang berbau lumpur dan berbau pakan pellet.
Ini merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan Naniura sudah jarang kita jumpai,karena rasa yang diharapakan tidak ada lagi yakni rasa gurih dan manis dari ikan mas tersebut.Ikan mas juga kita ketahui sebagai maskot makanan yang sering dipakai pada makanan di pesta adat orang batak.
Pada penggalan lagu diatas “ uram – uram na limut ni tao I” ini menggambarkan bahwa bahan pangan yang mendampingi ( uram – uramna) nanirua ini adalah lumut yang ada di danau ( makna kiasan yang mengartikan bahwa karena kejernihan danau pada kala itu , yang menjadikan bahwa lumut saja bisa dibuat mendapingi ikan tersebut).Tetapi bagaimana sekarang kenyataan yang ada pada Danau Toba tersebut sebagai ekosisitem tempat ikan mas hidup.Apakah kita mampu menghidangkan limut – limt ( lumut) danau toba untuk mendampingi makanan khas ini.
Filosofi Kuliner
Pada dasarnya bahwa lagu diatas memiliki lanjutan yang merupakan filosofi dari kuliner ini
Ai tung tabo di dekken na niura
Dekke ni toba holbung
Par topi tao i
Ohh Inag Oh amang
Loas Au Loa Au
Mangaririt par topi tao i.
Sepengal lagu diatas dapat menggambarkan bahwa kata mangaririt disini adalah mempersunting jadi pada waktu itu wanita batak akan dikatakan dewasa dan cocok untuk dipersunting pria batak adalah ketika dia mampu memasak naniura,makanan khas yang sering dijadikan kudapan di hari – hari istimewa dan untuk menyabut kedatanga tamu.
Naniura Dahulu dan Sekarang
Naniru sebagai makanan yang memiliki cita rasa tinggi,cocok dimakan dengan nasi putih atau hanya memakan ikannya saja,tetapi satu hal yang perlu diperhatikan adalah Naniura sering dikatakan dengan masakan yang tidak matang,dikarenakan masih ada darah yang melekat pada badan ikan tetapi yang perlu kita ketahui bahwa asam mampu mencegah kebusukan dan mematangka.Jadi naniura adalah pangan yang masak.Naniura sebagai makanan khas sering dipadukan dengan sejenis minum khas batak yakni tuak,jadi para kaum bapak akan menyatap naniura ini dengan tuak baik di rumah atau di kedai “ lapo “ ( tempat sosialisasi terbanyak yang dilakukan kaum bapak ) sedangkan kaum ibu akan memakan naniura baik dengan nasi atau tidak.
Sekarang mungkin naniuran sudah banyak ditampilakan dengan bentuk yang elegan dan variatif agar menarik dipagsa pasar,tetapi hal ini juga terkadang tidak membuat para generasi muda mengenal makanan khas di daerahnnya,Kita seharusnya bangga kita punya kuliner sehebat sasmi jepang tetapi ada di daerah sumatera utara ini.Selain karena ikan yang tidak melalui proses pemasakan yang terlalu rubit akan mengakibatakn gizi atau vitamin dari ikan itu akan lenyap,tetapi dengan hanya dilakukan pematang dengan asam,mungkin gizi yang terkadung tidak akan banyak yang lenyap .
Satu hal yang tidak bisa kita lupakan saat menyantap kuliner yang satu ini,adalah rasa getir – getir di lidah akibat bumbu andaliman yang mungkin tidak akan kita dapatkan makanan apapun,tetapi naniura dapat menggambarakan esensi yang luar biasa dilidah kita sebagai penikmat naniura tersebut,
Kekayaan budaya kuliner ini merupakaan dambaan semua warga Sumatera Utara dalam mempromosikan budaya dan indetitas diri ke daerah lain.Tapi satu hal yang harus kita ingat dan yang kita dalami,tanpa peran dari semua pihak yang ada di dalam dunia usaha dan pengembangan usaha kuliner,Naniura hanya sebuah nama yang akan punah ditataran budaya bangsa yang akan semakin tergilas oleh globalisasi.Naniura sudah kala pamor dengan makanan yang datang dari luar negri,makanan yang penuh makna itu akan berangsur – angsur menjadi sebuah kuliner yang tinggal menjadi sebuah nama.
Naniura adalah kuliner tradisonal,yang tidak perlu banyak perubahan dari bahan – bahan yang bisa mengurangi esensi dari rasa utamanya yang sudah lama kita kenal.Naniura dengan ketajaman aroma asam,kunyit dan bawang batak yang dipadu dengan rasa getir dari adaliman yang tiada tara yang mengakibatkan lidah ini bergetar bak kesetrum listrik arus kecil,yang menjadi penghangat tubuh dikala cuaca dan iklim toba yang sejuk.Kuliner ini dapat menjadi jawaban bahwa makanan yang kaya rempah – rempah akan menjadi logo dari daerah toba.
Naniura Dahulu dan sekarang tetap mejnadi makanan yang selalu hadir pada acara adat isitiadat.yang menggambarkan keperkasaan filosofis yang tinggi dari Ikan mas itu sendiri yang bergerak dari arus yang kuat ke arus rendah yang bermakana bahwa ketika manusia harus menjadi orang yang kuat untuk menjalani hidup harus, ditempa dengan begitu kepahitan hidup agar kita dapat menerima manisnya hidup ini.
Naniura dahulu dan sekarang tetap menjadi makanan penuh makna,ketika ikan tersebut hatus disiram dengan air asam dengan kadar asan yang sangat tinggi,menuju proses kematangan yang sempurna,seperti itulah hidup kita harus ditempa dengan masalah yang kuat,agar menjadi proses kematangan yang kuat.
Itulah Naniura dahulu dan sekarang yang tetap menjadi makana khas,yang menjadi tuan di negeri sendiri dan negeri orang.Dengan demikian naniura adalah kuliner penuh dengan Identitas diri bangsa batak itu sendiri. Yang mampu bertahan dimanapun dan apa yang mejadi kondisi masyarakat.Tetap cintai budaya lokal sebagai wujud cinta tanah air.
ingin berbagi tulisan di mahasiswabatak.com ?? Kirim tulisanmu di SINITentang PenulisNama : Rammen Andino Sinaga
Alamat : Jln Durung Gang Pinang no 12.Pancing Medan
Nomor Telepon: 082267063894
Akun Twiter : @Rammen_Andino
e-mail : rammen_andino@yahoo.com
FB : Rammen Andino
0 Comment:
Posting Komentar