Dulu aku tak susah menemukan tangisan seorang
anak yang bertengkar. Tak sulit bagiku melihat suara-suara yang gemuruh di
pasaran. Tak jenuh melihat jejak-jejak kaki di halaman.
Dulu
tak bisa aku tak melihat ke atas. Sebab ada burung tak bersayap melayang-layang
di udara, layang-layang. Tak bisa aku tak keluar malam sebab ada api yang
ditarik dan didorong membuat mata ingin mengikutinya. Tak mungkin mengantuk
sebab ada keributan letupan tembak-tembakan, meriam kaleng, mobil kaleng.
Aku
dulu sering melihat wanita-wanita muda yang cantik melompat-lompat kegirangan
sambil melewati karet yang diikat, dipegang, kiri dan kanan. Aku juga melihat
lelaki muda menendang bungkus rokok. Menembak benda bulat dengan benda bulat,
sebut saja kelereng. Mengadu buah pohon para (bahasa daerahku buah pohon
rambong).
Tak
perlu aku pergi jauh-jauh mencari teman. Di seberang jalan ada puluhan anak
berlari-lari dan main sembunyi-sembunyian.
Dulu
aku masih anak-anak dan banyak anak-anak di sekitarku. Segala jenis permainan
daerah dan olahraga yang kami ketahui kami mainkan. Ada Engrang. Sepatu
Tempurung, Patuk Lele, Kayang, Lompat Kuda, dan masih banyak yang lupa
tersebutkanku. Sering juga olahraga Badminton, Bola Kaki, Takraw. Dan banyak
lagi.
Tapi
sekarang? Aku sudah dewasa. Aku sulit menemukan keramaian (seperti dulu). Aku
sulit menemukan udara segar. Aku tidak lagi bisa menghindarkan mataku dari
kerumunan pengendara motor. Memang telingaku tetap merasa berisik, tapi kali
ini karena suara motor yang seolah-olah paling gagah sejagad raya. Sekarang aku
juga masih tidak sulit menemukan orang-orang, karena pasti ada di warnet, atau
meja judi, atau meja bermain, sebut saja PS. Memang dulu itu sudah ada, tapi
tidak menguburkan masa kanak-kanakku.
Dari
dulu memang anak-anak sudah merokok, tapi bukan kebutuhan. Dulu kita memang
berjudi, tapi karena terpaksa, bukan menjadi hobi seperti saat ini. Dulu kami
masih ingat belajar, kalau sekarang lebih baik menggandeng lawan jenis.
Ah
sudahlah. Mungkin anak-anak desaku sudah beranjak dewasa tanpa melewati masa
kanak-kanak yang menyenangkan.
Sayang
sekali, mungkin nanti mereka akan merindukan masa itu dan menyesalinya. Biarlah
anak mereka yang akan menegur dan mengingatkan masa-masa itu. Biarlah tangisan
yang akan datang menjadi pelajaran dan ilmu buat keturunan mereka.
Sungguh,
desaku kehilangan anak-anaknya. Tak tahan aku melihatnya. Ingin kucari
anak-anak desaku yang hilang entah ke mana. Ingin kukembalikan anak-anak
desaku. Apakah aku bisa?
Info Penulis
Rico Ricardo Lumban Gaol
Kandis Riau
Meteorologi ITB
081371060657
Ingin berbagi dengan mahasiswabatak.com ? Ayo kirim tulisan mu Disini
Info Penulis
Rico Ricardo Lumban Gaol
Kandis Riau
Meteorologi ITB
081371060657
Ingin berbagi dengan mahasiswabatak.com ? Ayo kirim tulisan mu Disini
0 Comment:
Posting Komentar