Ini bukan di Myanmar tapi di Desa Tongkoh, Kecamatan
Dolatrayat, Kabupaten Karo, SumatraUtara. Tepatnya di objek wisata Taman Alam Lumbini
yang kian ramai dikunjungi wisatawan. Pagoda emas tertinggi di Indonesia yang
berjarak sekitar 55 kilometer dari kota Medan ini nampak semakin padat pengunjung
saat liburan. Menariknya lagi, replika Pagoda Shwedagon ini tertinggi kedua di
antara replica sejenis di luar negeri yang berada di Birma. Dan tercatat
memegang dua rekor MURI yaitu Pagoda tertinggi di Indonesia (rekor pertama) dan
kebaktian dihadiri bhiku terbanyak (rekor kedua).
Rupanya pengunjung di sini tidak hanya mereka yang beragama Buddha
saja, diluar itu banyak yang tertarik dengan keindahan arsitektur pagoda ini
serta keindahan taman alam yang mengelilinginya di tengah-tengah hawa sejuk
Brastagi. Pengunjung tidak dipungut biaya sepeserpun untuk masuk ke objek wisata
ini. Seperti saat itu, kami hanya perlu menulis di buku tamu, nama dan alamat
serta jumlah rombongan. Meski tidak dikenakan biaya sedikitpun, objek wisata
ini patut menjadi contoh. Karena segala fasilitas umum yang disediakan disitu
sangat terawat dan bersih. Mulai dari toilet, fasilitas pelayanan informasi,
taman-taman rekreasi, permainan anak-anak, jembatan gantung sebagai
infrastruktur penyeberang di taman, ditata indah dan disesuaikan dengan suasana
hutan alam di sekelilingnya. Ini menunjukkan bahwa tempat ini dikelola secara
profesional.
Memasuki gerbang utama, setelah mengisi buku tamu, Nampak terhampar
pelataran yang bersih dan luas tepat di depan pagoda yang berdiri megah
berwarna keemasan dengan menara menjulang tinggi ke langit. Pagoda ini memiliki
empat pintu besar yang seluruhnya berhiaskan ornament yang indah dan sangat
detil. Dinding tembok mengelilingi bangunan utama menjadikan pagoda ini
terlihat gagah dan kokoh namun tetap terasa hening dan nyaman. Dari penjelasan
salah seorang staf Taman Alam Lumbini, dalam pagoda ini tersimpan sebanyak
2.958 rupang Buddha, 30 rupang Arahat dan 108 relik suci serta hampir
seluruhnya dibawa langsung dari Myanmar, termasuk puncak pagoda setinggi 46,8 meter di atas stupa. Luar biasa!
Ada beberapa peraturan yang perlu
diperhatikan jika kita ingin masuk ke bagian dalam
pagoda ini. Diantaranya, harus melepas alas kaki, tidak boleh membawa makanan
dan minuman, saat memotret tidak boleh menggunakan blitz, dan tentu saja tidak boleh berisik karena akan mengganggu mereka
yang datang untuk sembahyang. Itulah kenapa meski di dalam pagoda dipadati pengunjung, tetap terasa suasana yang tenang dan damai. Di area pagoda, baik di luar maupun di dalamnya kita bisa jumpai para bhiku yang lalu lalang. Baik bhiku yang sudah berumur maupun
mereka yang masih sangat muda. Dengan santun dan ramah para bhiku ini tersenyum saat
berpapasan dengan para pengunjung.
Kehadiran pagoda ini memang tidak
dapat dipungkiri membawa
suasana dan nuansa
baru di daerah wisata Brastagi yang dikenal karena kesejukan dan keindahan panorama
alamnya. Karena keunikannya ini, meski tidak pernah mempromosikan keberadaannya nyatanya
Taman Alam Lumbini ini selalu ramai wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Para pengunjung ini kebanyakan mendapatkan
informasi tentang objek wisata Taman Alam Lumbini dari teman yang pernah berkunjung. Bahkan ada yang mendapat informasi
dari jejaring sosial. Pantas informasinya cepat
tersebar luas.
Jika diperhatikan, semua pengunjung
dapat dipastikan tidak akan melewatkan momen berfotoria dengan latar belakang pagoda ini. Termasuk saya pribadi tidak melewatkan momen indah dan
mengemasnya dalam bidikan
kamera. Rasanya
nuansa dan kesan seperti di luar negeri saja saat melihat di layar LCD hasilbidikan kamera. Kesan seperti
di luar negeri ini bisa dibilang bukan omong kosong belaka. Ini terbukti saat saya kembali ke Jakarta dan menunjukkan foto pagoda ini kepada
teman-teman dan mereka tidak menyangka kalau pagoda yang megah ini ada di Brastagi, Sumatra Utara. Mereka pikir itu di Thailand atau Myanmar!
dikutip dari : lionmag edisi maret 2013
foto : buddhistzone
0 Comment:
Posting Komentar