Medan kini punya museum kain tenun tradisional, Sumatera Loom Galery. Museum di Jalan Sultan Hasanuddin ini digagas oleh pecinta tenun, Torang Sitorus, dan diresmikan Ketua Pecinta Tenun Indonesia Okke Hatta Rajasa, Jumat (21/3).
Founder Sumatera Loom Galery, Medan, Torang Sitorus mengatakan, Sumatera Loom Galery merupakan ruang pamer atau etalase bagi aneka ragam kain tenun tradisional dari berbagai daerah di Sumatera. Di museum seluas 360 meter persegi ini terdapat lebih dari 500 helai kain tenun, termasuk ulos Batak asal berbagai daerah di Sumatera Utara (Sumut), kain songket Minangkabau asal Sumatera Barat (Sumbar), dan kain songket Palembang asal Sumatera Selatan (Sumsel).
Bagi dia, pendirian museum itu tidak semata-mata untuk bisnis, tapi di dalamnya juga terdapat edukasi pengenalan tahapan tekstil dan tenun. ”Galeri ini didirikan untuk menumbuhkembangkan semangat revitalisasi dan pelestarian kain tenun tradisional Sumatera serta meningkatkan kepariwisataan di Sumatera dan Medan khususnya,” kata Torang seusai peresmian Sumatera Loom Galery.
Torang mengungkapkan, sejak dulu hidupnya dekat dengan kain karena keluarganya mencintai kain tenun seperti ulos dan songket. Kecintaan terhadap kain tenun itu akhirnya menular pada Torang yang bermimpi membangun sebuah museum kain tenun. ”Museum ini mimpi saya sejak sepuluh tahun lalu, apalagi setelah melihat ada Rahmat Galeri di Medan. Ini peran saya untuk Sumut. Saya tidak tahu apakah saya mampu, tapi saya harapkan support dari semua kalangan,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebagai lembaga, Sumatera Loom sudah berdiri sejak 2013. Dengan adanya berbagai fasilitas seperti ruang tenun, perpustakaan, butik, dan kafe di lokasi itu, dia berharap akan semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk bersama-sama ikut menjaga warisan budaya kain tenun tradisional Sumatera yang tak ternilai harganya. Sementara Ketua Pecinta Tenun Indonesia yang juga istri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Okke Hatta Rajasa mengatakan, tenun telah menjadi bagian dari kehidupan Nusantara.
Sebagai pecinta tenun Indonesia, pihaknya berupaya melestarikan tenun melalui berbagai program mulai dari pemberdayaan kerajinan, pemasaran produk, hingga pengetahuan terkini tentang tenun. Dengan berbagai upaya itu tenun bisa terus dilestarikan. Dia mengapresiasi upaya Torang Sitorus yang membangun Sumatera Loom Galery. Museum itu diharapkan dapat menjadi penyemangat dan inspirasi bagi pecinta dan penggiat industri tenun tradisional untuk mengembangkan budaya daerah.
”Saya mengapresiasi Torang Sitorus yang membangun Sumatera Loom Galery. Saya percaya Torang dapat melakukannya,” tutur Okke setelah meresmikan Sumatera Loom Gallery, Medan, kemarin. Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi juga mengapresiasi Torang Sitorus yang mendirikan museum kain tenun Sumatera itu. Apalagi museum tersebut baru pertama kali ada di Sumut.
”Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi pecinta budaya, khususnya wastra tradisional seperti Torang Sitorus. Hal ini agar upaya pelestarian dapat berjalan baik,” katanya. Erry mengatakan, dukungan seluruh lapisan masyarakat yang cinta terhadap wastra tradisional sangat diharapkan. Museum kain tenun tradisional itu merupakan salah satu wadah yang efektif untuk belajar mengenali identitas wastra tradisional secara mendalam sesuai dengan asal daerah masingmasing.
”Kita berharap hasil karya anak bangsa seperti Torang Sitorus ini dapat dibawa hingga ke tingkat nasional, jika perlu ke tingkat internasional. Tidak hanya itu, dewan kerajinan nasional (dekranas) kabupaten/kota juga diharapkan bisa membangkitkan tenun di daerahnya masing-masing,” katanya.
Founder Sumatera Loom Galery, Medan, Torang Sitorus mengatakan, Sumatera Loom Galery merupakan ruang pamer atau etalase bagi aneka ragam kain tenun tradisional dari berbagai daerah di Sumatera. Di museum seluas 360 meter persegi ini terdapat lebih dari 500 helai kain tenun, termasuk ulos Batak asal berbagai daerah di Sumatera Utara (Sumut), kain songket Minangkabau asal Sumatera Barat (Sumbar), dan kain songket Palembang asal Sumatera Selatan (Sumsel).
Bagi dia, pendirian museum itu tidak semata-mata untuk bisnis, tapi di dalamnya juga terdapat edukasi pengenalan tahapan tekstil dan tenun. ”Galeri ini didirikan untuk menumbuhkembangkan semangat revitalisasi dan pelestarian kain tenun tradisional Sumatera serta meningkatkan kepariwisataan di Sumatera dan Medan khususnya,” kata Torang seusai peresmian Sumatera Loom Galery.
Torang mengungkapkan, sejak dulu hidupnya dekat dengan kain karena keluarganya mencintai kain tenun seperti ulos dan songket. Kecintaan terhadap kain tenun itu akhirnya menular pada Torang yang bermimpi membangun sebuah museum kain tenun. ”Museum ini mimpi saya sejak sepuluh tahun lalu, apalagi setelah melihat ada Rahmat Galeri di Medan. Ini peran saya untuk Sumut. Saya tidak tahu apakah saya mampu, tapi saya harapkan support dari semua kalangan,” ujarnya.
Dia menambahkan, sebagai lembaga, Sumatera Loom sudah berdiri sejak 2013. Dengan adanya berbagai fasilitas seperti ruang tenun, perpustakaan, butik, dan kafe di lokasi itu, dia berharap akan semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk bersama-sama ikut menjaga warisan budaya kain tenun tradisional Sumatera yang tak ternilai harganya. Sementara Ketua Pecinta Tenun Indonesia yang juga istri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Okke Hatta Rajasa mengatakan, tenun telah menjadi bagian dari kehidupan Nusantara.
Sebagai pecinta tenun Indonesia, pihaknya berupaya melestarikan tenun melalui berbagai program mulai dari pemberdayaan kerajinan, pemasaran produk, hingga pengetahuan terkini tentang tenun. Dengan berbagai upaya itu tenun bisa terus dilestarikan. Dia mengapresiasi upaya Torang Sitorus yang membangun Sumatera Loom Galery. Museum itu diharapkan dapat menjadi penyemangat dan inspirasi bagi pecinta dan penggiat industri tenun tradisional untuk mengembangkan budaya daerah.
”Saya mengapresiasi Torang Sitorus yang membangun Sumatera Loom Galery. Saya percaya Torang dapat melakukannya,” tutur Okke setelah meresmikan Sumatera Loom Gallery, Medan, kemarin. Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi juga mengapresiasi Torang Sitorus yang mendirikan museum kain tenun Sumatera itu. Apalagi museum tersebut baru pertama kali ada di Sumut.
”Indonesia membutuhkan lebih banyak lagi pecinta budaya, khususnya wastra tradisional seperti Torang Sitorus. Hal ini agar upaya pelestarian dapat berjalan baik,” katanya. Erry mengatakan, dukungan seluruh lapisan masyarakat yang cinta terhadap wastra tradisional sangat diharapkan. Museum kain tenun tradisional itu merupakan salah satu wadah yang efektif untuk belajar mengenali identitas wastra tradisional secara mendalam sesuai dengan asal daerah masingmasing.
”Kita berharap hasil karya anak bangsa seperti Torang Sitorus ini dapat dibawa hingga ke tingkat nasional, jika perlu ke tingkat internasional. Tidak hanya itu, dewan kerajinan nasional (dekranas) kabupaten/kota juga diharapkan bisa membangkitkan tenun di daerahnya masing-masing,” katanya.
koransindo
0 Comment:
Posting Komentar