Agustin Sibarani, mungkin namanya tak semasyur Sisingamangaraja XII, sosok pahlawan kebanggaan dari Tanah Batak. Tapi tahukah teman teman ?, bahwa Sosok Sisingamangaraja XII yang secara Visual sudah bisa kita liat dan nikmati lewat sebuah foto, juga dalam beberapa lembar kertas mengenai Pahlawan nasional, Gambar itu adalah mahakarya dari seorang karikaturis bernama Agustin Sibarani.
Uniknya, ternyata Tidak pernah ada bukti/foto otentik dari peninggalan Sisingamangaraja XII yang wafat jauh di awal abad XX,. Jadi, bagaimana mungkin ada Lukisan Sisingamangaraja XII , sementara wajah aslinya tak pernah ada dalam secarik kertaspun atau media lainya ??
Berikut ini sedikit kisah mengenai sejarah Lukisan Lukisan Sisingamangaraja XII karya Agustin Sibarani, yang diambil dari berbagai sumber,
Cerita tentang potret Sisingamangaraja XII memiliki keterkatitan yang begitu erat dengan Sibarani. Tepatnya Augustin Sibarani, Seorang karikaturis Indonesia kelahiran Pematang Siantar pada tahun 1925 yang dinobatkan oleh Benedict R.O.G. Anderson sebagai yang terbesar di negeri ini.
Cerita berawal dari keinginan masyarakat Batak untuk memiliki seorang pahlawan nasional seperti orang Maluku memiliki Kapiten Patimura atau orang Aceh yang memiliki Teuku Umar. Orang-orang batak pun mengusulkan Sisingamangaraja sebagai pahlawan mereka.
Tapi keinginan orang-orang Batak terbentur pada persyaratan bahwa seorang pahlawan harus ada potret, foto atau lukisannya. Supaya terasa tidak mengada-ada dan bisa dipandang oleh anak-anak sekolahan.
Masalahnya Sisingamangaraja
meninggal jauh di awal abad XX dan tak meninggalkan sehelai foto pun.
Dan Agustin Sibarani seperti terpanggil
untuk melaksankan tugas ini. Seperti seorang seniman potret di biro kriminal
yang mereka-reka wajah buronan yang tak dikenal, Sibarani mereka-mereka wajah Sisingamangaraja XII Untung saja ia bisa bertemu dengan keturunan dan teman-teman
sang pahlawan seperti ayah penyair Sitor Situmorang yang mengenal baik sang
pahlawan.
Berdasarkan cerita-cerita keluarga dan para sahabat, ia mulai melukis potret Sisingamangaraja dengan cat minyak di atas kanvas. Ia memperlihatkan lukisan tersebut pada keluarga sang pahlawan, dan mereka berseru, “Ya, memang demikian wajahnya, tapi matanya sedikit berbeda.”
Kerja keras terakhirnya melukis bagian mata, mengubahnya di sana-sini sehingga cat menebal di sekelilingnya. Ya, inilah pahlawan yang tak pernah ia lihat, bahkan potretnya sekali pun, kini hidup kembali di atas kanvasnya. Akhirnya lukisan tersebut diantar ke Istana Merdeka. Soekarno mengesahkan Sisingamangaraja sebagai pahlawan nasional. Itu sebelum Orde Lama jatuh.
Namun cerita ini kemudian ber-ending
ironi. Ironi yang pertama, ketika Orde Baru Muncul, lukisan Sang Pahlawan
menjadi penghias uang lembaran 1000 rupiah pada tahun 1987. Sibarani bangga sekaligus jengkel karena
tidak dimintai ijin oleh Bank Indonesia. Sibarani kemudian mengadukan Bank
Indonesia ke meja hijau. Namun tak menghasilkan apa-apa hanya selembar setumpuk
kertas berita acara.
Namun ironi yang paling konyol
ketika ia merindukan sang lukisan. Seperti punya ikatan batin ia pun berusaha
untuk mencari tahu dimana lukisan tersebut. Ia tahu bahwa lukisan tersebut
sudah tidak ada di istana negara tapi sudah jatuh ke tangan pribadi.
Ketika menemun lukisan tersebut, semuanya telah berubah dan menyedihkan. Debu tebal menempel di permukaan kanvas, dengan pigura baru yang tak beres pemasangannya. Ada bekas jalur-jalur air hujan di jejak debu, membuat lukisan jadi berantakan. Hanya bagian mata yang bercat tebal itulah yang terlindung dari debu dan air hujan. Jika malam datang, mata tersebut memandang tajam dan benarlah, ia bagaikan hidup kembali. Sibarani tak tahu apakah ia harus menangis karena sedih, atau menertawakan kekonyolan orang yang tak mengerti lukisan..
Disarikan dari "Cerita
Seseorang yang Melukis Potret"- Eka Kurniawan pada majalah Pantau Feb 2002
berbagai sumber :
http://www.cartoonesia.web.id
http://www.cartoonesia.web.id
http://tobadreams.wordpress.com
image :
fernandez hutagalung, fotografer.net
0 Comment:
Posting Komentar